Menelusuri kawasan Yogyakarta bagian timur memberikan nuansa budaya yang kental karena berkaitan dengan kompleks Istana Ratu Boko dan Candi Prambanan. Bagi aden dan enon yang suka dengan wisata budaya cobalah untuk mengeksplore kawasan candi disini. Pada kenyataannya ternyata banyak candi kecil yang bertebaran di sekelilingnya bagai pemukiman candi di masa lampau. Salah satu diantaranya yang sedang booming di perbincangkan oleh kaum muda Yogya adalah Candi Ijo. Sebuah bangunan candi yang letaknya paling tinggi dibanding dengan candi â?? candi lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lokasinya berada di Bukit Ijo, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Pemberian nama Candi ini berdasarkan letaknya yang berada di Bukit Ijo, tak salah jika warga sekitar menyebutkan Candi Ijo. Untuk mencapai TKP diperlukan tenaga ekstra untuk menghadapi jalan yang menanjak, berliku dan sedikit berlubang akibat sering dilintasi truk bermuatan berat. Setelah itu terdapat tempat parkir yang dikelola oleh warga, santai saja penduduk yogya pasti ramah tamah dan terkadang menanyakan kita berasal dari mana. Lanjut untuk berjalan memasuki gerbang Candi Ijo. Untuk memasukinya kita cukup menuliskan nama dibuku pengunjung tanpa dimintai uang sepeserpun ! alias gratis.
Sejarah
Pada jaman dahulu Candi ini dibangun sekitar abad ke -9 diatas bukit yang disebut dengan Bukit Ijo dengan ketinggian mencapai 410 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu, dengan letaknya yang tinggi maka tak hanya candi saja yang dapat dinikmati namun juga panorama alam kawasan yogyakarta. Pemandangan yang disajikan di sekitar candi mampu menahan pengunjung agar betah menghabiskan waktu hingga mentari terbenam berganti malam.
Kompleks ini terdiri dari 17 bangunan yang dibagi menjadi 11 teras. Dimana teras pertama menjadi satu dengan halaman hingga pintu masuk yang membujur dari barat sampai timur. Bangunan yang ada di teras ke 11 merupakan pagar keliling, satu candi utama, tiga candi perwara dan delapan buah lingga patok. Teknik peletakan setiap candi pada teras mengartikan tingkat kesakralannya. Sehingga bangunan yang letaknya berada di teras puncak merupakan bangunan paling sakral.
Bangunan utama diyakini sebagai candi yang paling sakral, banyak pengunjung yang menyempatkan diri untuk mengabadikan momen ketika berada di teras ke 11 ini. Candi yang masih gagah berdiri ini mengandung unsur magis tersendiri.
Setiap sisi pada Candi Ijo memberikan banyak makna dan seolah mengajak pengunjung bernostalgia dengan wisata budaya di jaman masehi. Pemandangan di sekitar Candi sangat sayang bila tidak diabadikan menggunakan kamera, jadi jangan lupa yak bawa kamera. Bila kita duduk menghadap barat maka pemandangan yang paling asyik yaitu melihat pesawat landing dan take off di Bandara Adisucipto. Pemandangan seperti ini dapat dijumpai karena Pegunungan Seribu sebagai lokasi berdirinya candi ini merupakan batas bagian timur bandara. Sedangan pada bagian timur disuguhkan jajaran Candi Utama dan Candi Perwara.
Ketika berada pada bangunan candi perwara pada teras ke 11, ada sebuah tempat layaknya bak tempat api pengorbanan atau disebut homa. Di bagian tembok belakangnya terdapat banyak lubang udara dengan bentuk segitiga dan jajar genjang. Ditemukannya tempat api pengorbanan menandakan bahwa masyarakat Hindu sebagai pemuja Brahma. Didukung dengan terdapatnya tiga candi perwara sebagai bentuk penghormatan mayarakat pada Hindu Trimurti yaitu Siwa, Brahma dan Whisnu.
Informasi
Jika aden dan enon tertarik mengunjungi tempat wisata bersejarah ini sebaiknya bawa minuman dan cemilan sendiri dari rumah. Karena disini sama sekali tidak ada penjual makanan ringan. Biaya yang diperlukan hanya untuk jasa parkir motor sebesar seribu rupiah aja loh. Tapi kita sudah bisa menikmati pemandangan yang luar biasa menyenangkan. Ajak sahabat – sahabatmu kemari ya gaes.