5 Tren Lebaran Tahun 90-an yang Bikin Kangen

Hutomo Dwi

Banyak hal yang hanya terjadi saat Idul Fitri (lebaran). Lebaran bagi umat islam merupakan hari besar yang dirayakan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Berbagai hal seru menjadi ritual yang tak pernah absen setiap kali momen lebaran itu datang, salah satunya adalah mudik.

Selain mudik, tentunya ada banyak hal unik yang identik dengan Idul Fitri, terutama pada tahun 90-an. Berikut adalah 5 tren Lebaran tahun 90-an yang bikin kangen generasi 90-an, seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.

1. Lomba beduk

Ilustrasi lomba beduk (Isigood)

Lomba beduk identik dengan perayaan Lebaran di Indonesia. Dulu, lomba bedug selalu hadir di setiap kabupaten, terutama mendekati Lebaran. Selain untuk dilombakan, beduk ternyata juga merupakan bagian dari syiar Islam. Oleh karenanya, lomba beduk seharusnya dipertahankan. Memang di beberapa daerah lomba beduk masih diselenggarakan. Namun kenyataannya, sekarang lomba beduk tidak semeriah dulu.

2. Meriam Bambu atau Mercon Bumbung

Anak-anak bermain meriam bambu (Viva)

Meriam bambu merupakan salah satu permainan tradisional khas Melayu yang cukup populer pada tahun 90-an. Ketika malam Lebaran, hampir di seluruh wilayah Nusantara, orang-orang memainkan meriam bambu. Selain disebut meriam bambu, di berbagai daerah permainan ini juga dikenal dengan nama bedil bambu. Bedil bambu ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki dalam rangka memeriahkan bulan puasa, menjelang hari raya, dan peringatan hari besar agama maupun adat. Sayangnya, zaman sekarang anak-anak lebih memilih kembang api yang berwarna-warni.

3. Membuat dodol untuk Lebaran

Membuat dodol (Katakota)

Bila anak-anak lelaki bersuka cita memainkan meriam bambu di malam mendekati Lebaran, maka anak perempuannya sibuk membantu ibu di dapur. Dulu, kaum hawa berbondong-bondong membeli bahan-bahan untuk membuat dodol yang akan disediakan pada hari raya. Membuat dodol sudah menjadi tradisi khas di setiap daerah, contohnya di Garut dan daerah dengan budaya Betawi. Sekarang, orang membuat dodol hanya untuk dijual kembali, bukan untuk dihidangkan kepada tamu yang datang ke rumah saat Lebaran.

4. Open house

Open house Lebaran (Tribunnews)

Tradisi ini kerap dilakukan masyarakat zaman dulu, khususnya ketika hari Lebaran tiba. Pada hari itu, pintu rumah selalu terbuka selebar mungkin dengan hidangan khas hari raya yang terpampang rapi di meja. Orang rumah mengenakan pakaian terbaiknya menyambut semua orang yang ingin bersilaturahmi, tidak peduli siapa pun orangnya.

Untuk menyambut mereka semua, tentu banyak hal yang harus dipersiapkan, mulai dari makanan khas Lebaran hingga kebersihan rumah. Ini bukan hanya tanggung jawab orang tua saja, tapi juga berlaku bagi seluruh anggota keluarga. Zaman sekarang, barangkali tradisi ini masih ada di beberapa tempat, terutama di desa. Sementara untuk orang-orang di kota, rasanya kurang akrab dengan tradisi ini.

5. Kartu ucapan Lebaran

Kartu ucapan Lebaran (Tokopedia)

Sebelum media sosial hadir dan menjadi hits seperti sekarang, tulis-menulis surat adalah hal yang wajib dilakukan setiap Lebaran. Menulis kartu Lebaran jadi aktivitas yang menyenangkan. Dengan mengenakan perangko gambar Pak Harto atau gambar pesawat terbang, orang-orang beramai-ramai melakukan kegiatan ini.

Bila dilihat dari segi bahasa, sastra, dan desain, sebenarnya kartu lebaran ini jauh lebih tinggi nilai seninya. Bahkan, dulu banyak yang memanfaatkan kreativitasnya untuk membuat kartu lebaran sendiri dan dijual sebagai penghasilan tambahan di hari raya. Bandingkan dengan pengucapan selamat lebaran dengan teknologi seperti sekarang ini. Bila malas untuk membuat, kamu cukup meng-copy-paste atau sekadar mengirim sticker dengan sekali sentuh. (tom)

Bagikan:

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.