Macan Cisewu Ternyata Punya Saudara di Boyolali, Sama-sama Lucu

Hutomo Dwi

Sebagai kawasan penghasil susu sapi, tak heran di sejumlah tempat di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dibangun patung sapi sebagai identitas daerah. Namun di Simo, Boyolali, terdapat patung macan atau harimau. Sebagian orang mengatakan ekspresi macan di patung tersebut terkesan ramah dan tertawa ngakak.

Lokasi patung macan tersebut berada di pertigaan depan kantor kecamatan, di ruas jalan Madu atau Simo – Klego. Patung tersebut berada di sebuah tugu di tengah jalan simpang tiga. Posisi macan tampak sedang duduk menghadap ke selatan, seakan menyambut pendatang yang dari arah Boyolali.

Di atasnya terdapat 5 kerucut. Satu kerucut yakni yang paling tengah atau yang paling besar dibangun mirip stupa candi. Di bawahnya di 4 sisi terdapat lubang bulat untuk menaruh jam. Namun kini tinggal dua jam saja yang ada, itu pun sudah tidak berfungsi alias mati.

Macan tertawat di Simo (Detik)

Sekilas tidak ada yang aneh dari tugu maupun patung macan tersebut. Patung macan duduk di antara empat tiang yang menyangga mahkota tugu setinggi sekitar 7 meter tersebut. Patung macan dalam posisi duduk jongkok menghadap ke selatan dengan mulut menganga.

Mulut patung menganga itulah yang dinilai oleh sebagian orang jadi terkesan lucu. Mungkin juga kesan lucu itu muncul setelah khalayak ramai memperbincangkan patung macan lucu di Cisewu, Garut, Jawa Barat.

“Satu lagi, harimau yang ramah. Patung harimau ini berada di pertigaan utama Kota Kecamatan Simo, Boyolali. Saat melintas, saya tersenyum melihat roman mukanya yang ramah–dan bukan seram. Dari samping, sang macan malah seperti terlihat sedang ngakak!” demikian tulis seorang netizen.

Namun, berbeda nasib dengan macan Cisewu, patung ini rencananya akan tetap dipertahankan dan tidak dihancurkan oleh pemerintah setempat. Selain telah menjadi identitas daerah, pembuatan patung itu juga telah melalui pemikiran mendalam. “Saya yakin pembangunannya telah melakukan pemikiran yang matang dengan dilandasi sejarah dan filosofi yang tinggi,” ujar Hanung Mahendra, Camat Simo, seperti dikutip dari Detikcom, Senin (10/7/2017).

Macan tertawat di Simo (Detik)

Hanung mengatakan bahwa pembuatan patung macan merupakan bagian upaya menciptakan ikon identitas daerah yang dikaitkan dengan legenda asal-muasal penamaaan daerah tersebut. Kata simo atau sima dalam bahasa Jawa artinya adalah macan atau harimau. Dalam cerita rakyat setempat, daerah tersebut dinamai Simo terkait perjalanan Sunan Kudus dari Pengging, Boyolali, menuju Kesultanan Demak.

Dikisahkan bahwa pada suatu saat, Sunan Kudus diutus oleh Sultan Demak untuk menemui Kebo Kenongo di Peggging yang menolak menghadap ke Kesultanan. Sunan Kudus pun tiba di Pengging disambut ramah oleh Kebo Kenongo, yang tak lain adalah ayah Joko Tingkir tersebut.

Namun Kebo Kenongo tetap bersikukuh menolak menghadap sultan karena masih masygul dengan hukuman mati terhadap gurunya, Syeh Siti Jenar, oleh pihak kesultanan. Padahal pesan dari Sultan Demak kepada Sunan Kudus sangat jelas; bawa menghadap, baik secara suka-rela maupun dipaksa.

Perselisihan terjadi. Terdorong rasa hormatnya kepada sang wali, Kebo Kenongo enggan melawan. Dia bahkan menunjukkan titik kelemahan tubuhnya yang bisa menyebabkan kematian jika tergores senjata. Sang Sunan menusuk titik lemah itu sehingga Kenongo menemui ajal. Keluarga maupun warga desanya tak mengetahui peristiwa itu karena kejadiannya di ruangan khusus.

Macan tertawat di Simo (Detik)

Sunan dan pengikutnya lalu kembali ke Demak melewati jalur Kali Cemoro. Dia sempat bermalam di sebuah lembah di pinggiran sungai. Namun pagi harinya dia mendapatkan kabar bahwa ribuan rakyat Pengging memburunya karena tidak terima setelah mengetahui Sunan Kudus telah membunuh pemimpin mereka.

Merasa kalah jumlah personel, Sunan Kudus kemudian menabuh sebuah bendhe atau gong kecil. Suara yang muncul dari bendhe tersebut bukan layaknnya suara nada musik gong, namun lebih meyerupai auman macan yang sedang marah. Bendhe itu terus dibunyikan sembari terus menjauh dari kejaran.

Rakyat Pengging juga menjadi ciut nyali mendengar suara auman macan. Mereka akhirnya memilih mengurungkan niat menuntut balas kepada sang sunan, karena khawatir akan dihadang atau berhadapan dengan macan yang sedang mengamuk. Setelah kejadian itulah maka nama daerah tersebut terkenal dengan sebutan Simo.

Dengan adanya patung macan di Simo ini, bukan tak mungkin macan Cisewu bakal punya saudara-saudara lainnya yang belum diketemukan. (tom)

Hutomo Dwi

Cowok penyuka Jepang, dari bahasa, musik, sampai film dan animenya.