Bagi kebanyakan orang, kesuksesan di ukur dengan kecerdasan dan kerja keras. Tak tanggung-tanggung, mereka rela berkutat berjam-jam dengan pekerjaan demi memperoleh jabatan tinggi. Bahkan, mereka berlomba-lomba menjadi nomor satu di bidang akademi demi memiliki pekerjaan yang berbobot.
Padahal, cerdas dan kerja keras bukan satu-satunya ukuran. Menurut para ahli, kesuksesan diukur juga melalui sikap seseorang. “Ini bukan soal bakat. Ini soal sikap. Sebab, yang sebenarnya memisahkan seorang pemenang dan pecundang bukanlah bakat mereka, tapi sikap mereka,” ujar penulis dan pakar marketing, Seth Godin, seperti dilansir Time, Selasa (29/4/2014).
Seth menjelaskan ketika mencari sebuah pekerjaan, komponen pertama yang harus dipenuhi adalah perusahaan harus menyukai Anda. Cara Anda berbicara dan menjawab pertanyaan ketika wawancara, menjadi penentuan apakah Anda layak atau tidak. Meski pengalaman, pendidikan dan faktor-faktor lainnya turut mendukung.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa mereka yang mampu menciptakan kesan baik akan memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding orang yang melakukan pekerjaan dengan baik, tapi tidak bersikap sebaik pekerjaannya. Ini disebut dengan kontra popularitas.
Penelitian lain yang dilakukan MIT terhadap 2.600 karyawan juga menemukan bahwa mereka yang menerima e-mail lebih banyak dari teman-temannya dan lebih terhubung secara sosial, memiliki rata-rata penghasilan yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak.
Sebuah penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam majalah bisnis BYU juga menemukan bahwa karyawan yang menjadi pengikut setia dalam sebuah misi organisasi, lebih mungkin mendapatkan status dan tingkat pengaruh yang lebih tinggi.
Penelitian ini menemukan, orang-orang yang menunjukkan keyakinan kuat terhadap misi perusahaan akan lebih berpengaruh di dalam perusahaan. Sedangkan mereka yang hanya fokus terhadap target, justru hanya menjadi seorang karyawan biasa. Hal tersebut terlepas dari posisi formal maupun kinerja secara keseluruhan.
Sebab, mereka yang dipandang terbuka dan sejalan adalah orang-orang yang dianggap berhak mendapatkan pengakuan, dukungan dan promosi. Meski mereka tidak memiliki keterampilan lebih baik. Namun, karyawan yang dianggap sangat terampil dan terfokus pada target, justru dianggap memiliki risiko potensial dan tidak dapat dipercaya. (nha)